Mazmur 103
Menanti merupakan pekerjaan membosankan. Seseorang yang sedang bergumul akan mengharapkan pemenuhan janji dari sahabatnya. Jika janji itu tak kunjung dipenuhi, kecewalah orang itu. Benarlah lagu yang dinyanyikan Bob Tutupoli: "Lain di bibir, lain di hati". Terkadang orang mudah memaafkan sesama, agar dipandang rendah hati di depan banyak orang. Namun, sesungguhnya, diam-diam dendamnya dilampiaskan dengan cara-cara yang manis. Bagaikan pil Kina, manis diluar tetapi pahit dalamnya.
Pemazmur ingin mengatakan pengampunan dan maaf yang diucapkan seseorang di depan umat, belum tentu sama dengan apa yang terkandung di hatinya. Hanya TUHAN sajalah yang memberikan pengampunan tanpa pamrih. Manusia sulit melupakan kesalahan sesama. Manusia sukar memberi maaf. TUHAN, Allah Israel, selalu melupakan, bahkan menghapus dosa dan pelanggaran siapapun (ay. 3). Di dalam anugerah pengampunan itu keadaan manusia dibebaskan dan dipulihkan kembali. Manusia dapat menikmati kebahagiaan.
Kita, Saudara dan saya, diajak menziarahi TUHAN setiap saat. Bukan hanya ketika sedang berbuat dosa, bukan pula ketika sedang kesusahan, melainkan sepanjang perjalanan hidup di dunia, hati dan pikiran kita harus menziarahi TUHAN. Kita tidak perlu malu dan takut menemui TUHAN. Justru di dalam keadaan berdosa, ketika kita terjatuh ke dalam jurang kehidupan, di mana kita tidak dapat mengeluarkan diri dari maut, maka kita harus berseru kepada TUHAN, sebab Dia sendiri akan membebaskan dari dosa. Marilah kita datang kepada Allah dalam permohonan, agar Dia mengampuni kita. --Roy Ornand.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar